pict/t49/Lokasi: Ke'te Kesu, Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Indonesia |
pict/49/ Lokasi: Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia |
25 Januari 2013 tepatnya pukul 09.00 WITA (Makassar) adalah awal dimana aku dan teman-teman mamulai perjalanan seru ini. Pagi-pagi sekali aku bangun dan packing barang-barang yang semalam belum sempat aku bereskan. Seperti sebuah pepatah yang berbunyi 'sekali dayung dua tiga pulau terlampaui' aku packing sambil sarapan pagi, nyetrika, dan sms (hahahahag). Aku kayak deadline waktu itu gara-gara disuruh ngumpul dikampus jam 8 pagi padahal belum terlambat banget sih. yah mungkin pengaruh 'perjalanan jauh' kali yak'. Setibanya di kampus ternyata sudah banyak teman-teman yang ngumpul. Walau demikian, tetap aja nunggu sampai 1 jam lebih. Bus pertama akhirnya tiba di lokasi kampus. wahhhh....perasaaan lega plus gak sabar tiba-tiba datang menyelimuti. jiaaaaaach!!!...gak lama kemudian dua bus lainnya pun menyusul. Suasana riuh terdengar dari teman-teman yang ngangkat barang bawaan masing-masing dan juga barang bawaan kelas. Satu hal yang paling lucu saat menuju bus masing-masing. Ketua panitia yang berada di bus 1 tiba-tiba nyeronong mendahului cowok dari bus 3 mau ngambil bus yang ada di tengah. Yah karena dia sendirian (anggota busnya telat mendekat) akhirnya kalah sama anggota bus 3, hhhhhag,...
Tak lama kemudian perjalanan pun kami mulai. Bus mulai melaju perlahan meninggalkan kampus. Bus pun memasuki kawasan TOL dan selang beberapa menit kemudian bus mulai memasuki kabupaten Maros, pertanda kami mulai meninggalkan kota Makassar. Tepat di kabupaten Barru bus rehat sejenak karena kebetulan hari itu hari Jum'at jadi kami singgah sholat jum'at sekalian sholat dzuhur berjamaah.
Lokasi: Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan,Indonesia |
Sekitar pukul 17.00 WITA bus pun memasuki kawasan kabupaten Enrekang. Artinya kami mulai berada di kawasan pegunungan. Tentu saja dengan ciri khas daerah pegunungan yaitu udara dingin yang mulai menyapa walapun mentari senja masih memancarkan sinarnya. Saya acungi jempol dah buat jalan di sini, 'The circular trajectory path' membuat kawasan Enrekang ini semakin mengagumkan dan menantang bagi traveller. Bisa dikatakan hampir sejam lebih kami mengelilingi gunung dengan bus 3/4 untuk sampai di kawasan perbatasan Enrekang dan Tana Toraja. Cukup berbahaya saya fikir karena semakin kedepan semakin hebat tikungan lintasan yang dilalui dengan jurang-jurang disekelilingnya. Saya acungi juga jempol juga dah buat supir busnya. Set..set..set, dengan lincahnya ia mengemudikan bus di lintasan yang melingkar seperti ini.
Karena baru kali ini saya melancong melewati kabupaten Enrekang, maka saya cukup penasaran dengan obyek wisata yang ada disini. Di Enrekang ada beberapa obyek wisata yang sangat menarik dan salah satu obyek wisata yang membuat saya penasaran dan ingin melihatnya secara langsung yaitu Gunung Nona (Erotic Mountain) atau biasa dikenal dengan Gunung Buttu Kabobong. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya sampailah kami di sebuah tempat yang sangat pas untuk melihat keunikan gunung ini yaitu menyerupai (maaf) alat kelamin wanita. Walaupun Enrekang identik dengan gunung dan perbukitan namun tetap saja kita bisa membedakan gunung Nona ini dengan bukit-bukit yang ada disekitarnya. Menurut legenda yang diyakini masyarakat setempat bahwa gunung Nona terbentuk akibat perbuatan seorang anak raja dengan seorang gadis yang melakukan seks diluar nikah. Padahal saat itu telah ada larangan keras melakukan seks diluar nikah dari sang raja.Akhirnya Tuhan mulai murka dan melaknat si gadis menjadi gunung yang menyerupai alat kelaminnya sendiri.
pic/t49: Gunung Nona (Buttu Kabobong), Enrekang, Sulawesi Selatan, Indonesia |
pict/t49/ Lokasi: Perbukitan Enrekang |
pict/t49/ Lokasi: Jalan raya, Enrekang |
|
pict/t49/ Lokasi: Mushollah pinggir jalan Mandatte, Enrekang |
pict/t49/ Lokasi: Jalan raya puncak Mandatte, Enrekang |
Kami akhirnya melanjutkan setelah semua crew eh..maksud saya teman-teman selesai melaksanakan sholat maghrib di sebuah mushollah kecil di pinggir jalan puncak Mandatte. Hari semakin gelap saja dan udara dingin semakin kencang menerpa tubuh, terlebih lagi saya duduk disamping pintu bus yang tak ditutup. Rasa kantuk pun mulai mendatangi setiap orang di bus ini. Pandangan mereka hanya tertuju pada gelap malam dan pedagang yang ada disepanjang jalan. Sekedar info bahwa salah satu komoditi andalan asal Enrekang yaitu buah salak dan danke (susu sapi yang digumpalkan dan diolah jadi makanan ringan) bisa dijumpai disepanjang jalan menuju Tana Toraja yang tentunya dengan harga yang terjangkau. Dan saya jamin bahwa buah salak yang ada di enrekang ini kualitasnya sangat bagus dan memuaskan pastinya.
Tanda-tanda bahwa kami mulai memasuki kawasan Tana Toraja Akhirnya muncul juga satu persatu yaitu lampu-lampu hias yang beraneka bentuk. Wah. . . perasaan yang dari tadi mulai suntuk dan galau mikir kapan nyampainya akhirnya sirna seketika.
WELCOME TO TANA TORAJA
Wawww. . . . . kata yang bisa kuucapkan ketika bus mulai memasuki kabupaten Tana Toraja, Kota Makale pukul 21.00 Wita. Deretan lampu hias memadati sepanjang jalan di kota ini. Dan akhirnya kami mengelilingi Kolam yang di tengahnya terdapat patung Lakipadada yang merupakan pahlawan perjuangan rakyat Tana Toraja. Kalau berkunjung ke Toraja, rasanya gak lengkap tanpa mengunjungi kolam ini.
pict/t49/26.01.2013/ Lokasi: Kolam Makale di pagi hari, Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia |
pict/t49/26.01.13/ : suasana kota Makale dipagi hari dilihat dari wisma Yani samping gedung DPRD Tana Toraja |
Pagi hari ini 26/01/2013 adalah puncak saya dan teman-teman menjelajahi isi kabupaten Tana Toraja. Beberapa persiapan kami lakukan termasuk briefing sekaligus mendapat arahan dari dosen kami Bapak Zainal serta berdoa sebelum berangkat menuju lokasi penelitian.
pict.bymyfriend.: briefing and pray before go to location, at wisma Yani |
oKay guys.. . now this time to go to the first location is Ke'te Kesu. Cuaca yang tadinya dingin lambat laun akhirnya menjadi panas but itu gak mengurangi keseruan perjalanan kami. Satu pesan Pak Zaenal tadi sebelum berangkat yaitu jaga etika dan jangan sembarangan dilokasi apalagi tempat yang akan kami kunjungi ini semuanya adalah kuburan dan terutama buat cewek-ceweknya nih, " kalau di lokasi nanti ada barang yang mau dibeli, beli aja karena biasanya dilokasi lebih murah dibanding dipasar nanti" katanya sambil senyum-senyum khas.
KE'TE KESU, TORAJA UTARA.
pict/t49/26.01.13/ : Ke'te Kesu, Toraja Utara. |
pict/t49/26.01.13/ : Ke'te Kesu, Toraja Utara. |
pict/adv.t49/26.01.13/ : Ke'te Kesu, Toraja Utara (foto bareng patung kakek2/tau-tau) |
Teman-teman saya sudah pada naik ke tempat yang lebih tinggi lagi dan masuk ke gua, sedangkan saya masih sibuk take pic. hhhhhag,......kapan lagi bray kalo gak sekarang.
pict/adv.t49/26.01.13/ : temen saya nih. . .cantik kan, !!! |
fobar (foto bareng) |
Nah...yang diatas itu dibelakang teman saya yang bentuknya kayak perahu adalah peti mati
tempo doloe yang pastinya masih berisi gan, heheheheg...!
tempo doloe yang pastinya masih berisi gan, heheheheg...!
Masyarakat di Tana Toraja memang memiliki kebiasaan unik dalam hal yang berhubungan dengan jenasah. Mereka meyakini bahwa dengan sebuah peti mati yang berbentuk seperti itu maka arwah yang meninggal bisa terbantu untuk sampai di puya (surga). oke nih kita beralih ke puncak yang atas (gua). Untuk bisa sampai kedalam gua ini yah, lumayan butuh perjuangan. Mana gelap, lembab lagi. Dan lagi masyarakat disini betul-betul memanfaatkan alam gan, di dalam gua ini terdapat beberapa peti mati.
LONDA, TORAJA UTARA
pict.: adv.t49/Londa, Toraja Utara. |
Masih di Toraja dan masih tentang daerah pekuburan pastinya. Model kuburan di tempat ini hampir sama di Ke'te Kesu cuma nggak mendaki lagi sih malahan landnya menurun.
Nah, diatas itu adalah tengkorak sepasang kekasih alias Romeo & Juliet ala Toraja. Konon, mereka bunuh diri lantaran cintanya tidak direstui. Yah termasuk cinta terlarang sih karena dari pengakuan masyarakat bahwa mereka berdua itu masih punya hubungan darah. Pantes aja sang keluarga nggak ngasi restu. Tapi guys mungkin itulah yang namanya C.I.N.T.A nggak memandang siapapun termasuk mereka berdua.
Yo wess, lanjut
Selesai dengan kunjungan kali ini, saatnya balik ke atas/ lagi-lagi mendaki, gak tinggi-tinggi banget sih tapi tetep aja capek.
LEMO
Kalau dengar kata lemo...jadi ingat buah jeruk (lemo = jeruk) =D, hhhhhhag. Ya bukanlah. Ini salah satu daerah wisata di Tana Toraja. Masih daerah pekuburan tapi kali ini kuburannya di dinding-dinding tebing. Kalau ngeliat letaknya wah...susah juga yak ngubur di dinding tebing tinggi pula.
KAMBIRA (BABY GRAVE)
Selain kuburan batu, kuburan gua alam, dan kuburan tanah, ada juga kuburan bayi yang salah satu lokasinya berada di Kambira. Tempat ini khusus untuk mengubur bayi-bayi yang giginya belum tumbuh. Bayi-bayi tersebut dikuburkan disebuah pohon yang sisinya dilubangi kemudian ditutup dengan serat pohon enau. Tidak sembarang pohon yang bisa digunakan tapi harus pohon yang mempunyai diameter yang besar dan tinggi salah satunya yaitu pohon Tarra. Pohon Tarra dipilih karena juga memiliki getah yang putih dan ini dimaksudkan sebagai pengganti ASI bagi si bayi. Salah satu keunikan dari kuburan bayi ini yaitu lubang kuburan bayi tidak boleh menghadap ke arah kediaman keluarga si bayi yang meninggal. Alasannya ditakutkan arwah si bayi kembali ke rumahnya dan tidak sampai ke surga. Semakin tinggi strata sosial bayi tersebut maka semakin tinggi pula penempatannya di batang pohon.
pict. adv.t49 : baby grave at kambira |
Pohon yang saya potret diatas adalah salah satu pohon yang digunakan untuk penguburan bayi dan masih tetap berdiri sampai sekarang walaupun bagian atas pohon ini sudah patah akibat disambar petir beberapa tahun yang lalu. Penguburan bayi di batang pohon ini sebenarnya sudah dihentikan sejak tahun 2005 lalu.
**********
Setelah seharian berkunjung ke 4 lokasi wisata di Tana Toraja finally kami pulang tapi sebelumnya itu kami cukup penasaran dan akhirnya diajak Pak Zainal untuk melihat sendiri secara langsung mayat yang belum dikuburkan dan dipestakan alias masih berada di rumahnya yang dipanggil Omah (gambar ada sih tapi gak usah diposting yah. . .privasi)
Siang berganti malam dan akhirnya tibalah malam terakhir kami berada di wisma Yani khususnya Tana Toraja yang diramaikan dengan nonton bareng di ruang tengah. Banyak banget kenangan dan kejadian-kejadian lucu yang saya alami bareng teman-teman disini. Hmmm....rasanya tempat ini sudah menjadi rumah kedua buat saya, Tana Toraja.
End